Sunday, August 27, 2017

Kalau bukan Tauhid, apa lagi?

Apakah ada hal lain yang lebih mendesak dan lebih penting daripada keselamatan Aqidah kita? Apakah itu persatuan bangsa? Apakah itu kekompakan kelompok? Apakah itu kejayaan nama?

Apakah karena persatuan bangsa menjadi terancam, kemudian aqidah menjadi nomor tiga? Lebih baik tidak usah bicara aqidah jika persatuan bangsa menjadi tercederai?

Kalau bukan tauhid yang akan menghantarkan kita ke Surga, apa lagi?

Saturday, August 26, 2017

Husnudzon Billah

Husnudzon Billah. Bersangka baik kepada Allah, adalah sebuah perkara yang panjang. Dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali.

Bersangka baik kepada Sang Pencipta dari mulai lahir ke dunia, hidup, tumbuh berkembang biak, melahirkan anak ke dunia ini, sampai menutup mata di pembaringan terakhir. Bersangka baik kepada Allah adalah suatu usaha seumur hidup, yang jika kita berhenti atau memindahkan sangka baik kita kepada yang lain sambil membalik-kan punggung pada Yang Maha Rahman, saat itulah saat paling berbahaya untuk..  Mati!
Maka janganlah kamu mati dalam keaadaan tidak bersangka baik kepada Allah Azza wa Jalla...!

Tidak apa, jika mereka mengatakan kamu berprasangka buruk pada sesuatu yang meresahkan bagi hatimu, kehalalannya, kethoyyibannya, bahkan filosofinya yang begitu membuat otak ini membara memikirkannya, selama sesuatu yang datang itu bukan dari Allah atau RosulNya, maka sesuatu itu boleh ditolak, dan boleh diterima. Kapan dia boleh ditolak? Saat kita ragu bahwa itu baik buat kita, saat kita ragu bahwa itu tidak menyelisihi ketentuanNya, saat kita ragu dengan segala tanda yang Allah berikan di depan mata kita. Kapan dia boleh diterima? Saat kita yakin bahwa tidak sedikitpun dia meragukan kita, saat kita yakin dia tidak melanggar satupun, sebersitpun perkataanNya, maupun perkataan RosulNya.

Maka bergembiralah, bila mereka menuduhmu gila, bodoh, dan aneh/asing dalam usahamu bersangka baik kepada Allah. Bukankah Islam ini asing? Dan akan kembali menjadi asing?

Tetaplah bersangka baik kepada Allah atas segala apa yang sudah dan belum terjadi dalam kehidupan kita.

Biarkanlah mereka, berlalulah dengan sebaik-baik laluan, sebagaimana tersebut begitu indahnya dalam Al-Qur'an yang mulia, tentang Hamba-hamba yang Maha Rahman... Jika dikatakan kepedihan padanya, dia berkata yang baik-baik, ucapkanlah kata-kata keselamatan, doakan yang baik, berlalulah dengan sabar dan sholat. Semoga Allah memberikan kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan petunjuk, dan menjadikan hati kita kuat tetap di atas dien ini. Innalloha ma'ash shobiriin...

Monday, August 21, 2017

Lima Persoalan Darurat dalam Islam

DHARURIYYATUL-KHAMS (LIMA KEBUTUHAN PENTING YANG HARUS DIJAGA OLEH KAUM MUSLIMIN)

Oleh
Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi Al-Atsari

Apa yang dimaksud dengan dharûriyyâtul-khams? Makna dharûriyyâtul-khams, yaitu menyangkut lima kebutuhan penting yang semestinya dijaga oleh kaum Muslimin. Dan dalam masalah ini, Al-Qur‘an dan as-Sunnah telah memberikan perhatian yang besar. Berikut ini ulasan berkaitan dengan pembahasan judul di atas. Kami angkat berdasarkan ceramah Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi Al-Atsari pada Daurah Syar’iyyah I yang diselenggarakan oleh Yayasan Imam Bukhari, Jakarta, di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, pada pertengahan bulan Februari 2007, dan mengacu dengan kitab Maqâshidusy- Syarî’ah ‘Inda Ibni Taimiyyah, karya Dr. Yûsuf bin Muhammad Al-Badawi yang menjadi pegangan Syaikh dalam daurah tersebut

Dharûriyyâtul-khams yang dimaksudkan, yaitu meliputi penjagaan terhadap dîn (agama), jiwa, keturunan, akal, dan harta.

1. MENJAGA DIN (AGAMA).
Ini merupakan dharûriyyât yang terpenting dan berada pada urutan tertinggi. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku. [Adz-Dzâriyat/51: 56]

Demikian tujuan hakiki dari penciptaan makhluk. Untuk mencapai tujuan inilah, maka para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan. Sebagaimana firman-Nya.

رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ

“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu”. [An-Nisâ/4: 165].

Begitu juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiaptiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. [An-Nahl/16 : 36]

Agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga din (agama) dari kerusakan, karena din merupakan dharuriyat yang paling besar dan terpenting, maka syari’at juga mengharamkan riddah (murtad), memberi sanksi kepada orang yang murtad dan dibunuh. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ

“Barangsiapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah dia” [HR Bukhari]

Juga sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain.

لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ النَّفْسُ بِالنَّفْسِ وَالثَّيِّبُ الزَّانِي وَ الْمُفَارِقُ لِدِينِهِ التَّارِكُ لِلْجَمَاعَةِ

“Tidak halal darah seorang muslim (tidak boleh dibunuh, Red.), kecuali dengan salah satu di antara tiga sebab yaitu jiwa dengan jiwa, orang tua yang berzina (dibunuh dengan dirajam, Red.), orang yang murtad meninggalkan agamanya dan jama’ahnya” [HR Bukhari]

Ini semua untuk menjaga din. Realisasinya dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya dengan :

(a). Beriman kepada Allah Azza wa Jalla, mencintai-Nya, mengagungkan-Nya, mengetahui Asmâ dan Sifat Allahl.
(b). Berpegang teguh dengan agama, mempelajarinya, lalu mendakwahkannya.
(c). Menjauhi dan memperingatkan dari perbuatan syirik dan riya’.
(d). Memerangi orang-orang yang murtad.
(e). Mengingatkan dari perbuatan bid’ah dan melawan ahlul bid’ah.[1]

2. MENJAGA JIWA (HIFZHUN-NAFSI).
Menjaga jiwa juga termasuk dharûriyatul-khamsi, dan din tidak akan bisa tegak, jika tidak ada jiwa-jiwa yang menegakkannya. Kalau kita ingin menegakkan din, artinya, kita harus menjaga jiwa-jiwa yang akan menegakkan din ini. Untuk menjaga dan memuliakan jiwa-jiwa ini, Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa” [Al-Baqarah/2:179]

Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla menjadikan qishash sebagai salah satu sebab kelestarian kehidupan, padahal qishash itu merupakan kematian. Mengapa? Karena, dengan keberadaan hukum qishash, maka para pelaku kriminal menjadi jera, kehidupan pun menjadi aman. Jadi, qishash merupakan salah satu sebab terwujudnya kehidupan yang damai, tenang, dan dalam naungan hidayah.

وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ

“: (Di antara sifat hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang yaitu) tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina”. [Al-Furqân/25: 68]

Yang disebut dengan al-haq (kebenaran), yaitu harus dengan dalil dan bukti. Jika tidak, berarti melakukan pembunuhan tanpa alasan yang benar. Dan berdasarkan Al-Qur‘an dan as-Sunnah, melakukan pembunuhan tanpa alasan yang benar, hukumnya terlarang.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda tentang penjagaan terhadap jiwa:

مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا

“Barangsiapa yang menjatuhkan dirinya dari gunung lalu dia membunuh dirinya (mati), maka dia akan berada dalam Neraka Jahannam dalam keadaan melemparkan diri selama-lamanya”. [HR Imam Bukhari]

Dalam hadits ini terdapat bantahan terhadap seseorang yang berpendapat “saya bebas melakukan apa saja atas diri saya”. Perkataan seperti ini merupakan perkataan keliru, karena di dalam Al- Qur`anul-Karim disebutkan tentang ucapan yang benar, sebagai petunjuk bagi kaum Mukminin jika tertimpa musibah. Allah Azza wa Jalla berfirman.

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“ (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” [Al-Baqarah/2: 156]

Inna lillahi (sesungguhnya kita milik Allah) dengan demikian, kita ini milik Allah Azza wa Jalla, tidak boleh berbuat sewenang-wenang atas diri kita, tidak boleh menyengaja melukai tangan sendiri lalu berkata “ini tangan saya, saya bebas melakukan apa saja terhadapnya”. Apalagi sampai mengatakan “ini adalah jiwaku, saya ingin membunuh diri atau menjatuhkan diri dari gunung, atau menenggak racun”, maka semua ini tidak boleh, karena termasuk berbuat sewenangwenang pada sesuatu yang bukan miliknya.

Wahai Hamba Allah! Jiwa yang pada dirimu itu adalah milik Pencipta dan Rabbmu, Dzat yang engkau ibadahi, yaitu Allah Azza wa Jalla . Engkau tidak boleh berbuat sewenang-wenang padanya.

Dalam hadits “barangsiapa yang menjatuhkan dirinya dari gunung lalu dia membunuh dirinya (mati), maka dia akan berada dalam Neraka Jahannam dalam keadaan melemparkan diri selama-lamanya” terdapat pelajaran yang bisa kita ambil. Bahwa orang tersebut kekal selamanya dalam Neraka Jahannam, sedangkan di dalam Ahlu Sunnah wal-Jama’ah –di antaranya terdapat kaidah- Perbuatan dosa-dosa besar termasuk dalam kategori dosa-dosa yang bisa diampuni Allah Azza wa Jalla jika Allah berkehendak. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” [An-Nisâ/4: 48]

Bunuh diri, termasuk dalam bagian pertama ayat ini, ataukah bagian yang kedua? Apakah bunuh diri termasuk syirik, ataukah berada di bawah syirik? Jawabnya, bunuh diri termasuk dalam dosa di bawah dosa syirik. Namun dalam hadits itu dijelaskan, dia kekal selamanya di neraka. Lantas bagaimana jawabnya?

Para ulama mengatakan, pengertian hadits ini dibawa kepada orang yang membunuh diri, karena ia menganggapnya halal, atau karena meremehkan hukum syari’at, bukan karena maksiat semata, baik yang kecil maupun yang besar. Akan tetapi, ini merupakan pelanggaran terhadap dasar hukum syari’at, dia menentangnya dan menghalalkannya. Dalam kondisi seperti itu, maka dosa maksiat ini menjadi dosa kekufuran.

Oleh karena itu, Abu Ja’far ath-Thahawi, di dalam kitab ‘aqidah beliau yang masyhur, beliau mengatakan: “Kami tidak mengkafirkan ahlul-qiblah (kaum Muslimin) dengan sebab dosa, selama dia tidak menganggapnya halal.”

Pelaku perbuatan dosa ini, jika menganggapnya halal, maka dia menjadi kafir, meskipun perbuatan dosa tersebut lebih kecil atau lebih sedikit dari bunuh diri.

Secara ringkas, hifzhun-nafs dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya:

(a). Pada saat darurat (sangat terpaksa), wajib memakan apa saja demi menyambung hidup, meskipun yang ada saat itu sesuatu yang haram pada asalnya.
(b). Memenuhi kebutuhan diri, berupa makanan, minuman dan pakaian.
(c). Mewajibkan pelaksanaan qishash (hukum bunuh bagi yang membunuh, jika sudah terpenuhi syarat-syaratnya, Red.) dan mengharamkan menyakiti atau menyiksa diri [2]

3. MENJAGA AKAL (HIFZHUL-AQLI).
Sarana untuk menjaga akal ialah ilmu.
Kalimat wahyu pertama kali yang sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyentuh telinga beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah kalimat iqra’ (bacalah!), setelah itu kalimat:

عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

“(Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. [Al-Alaq/96: 5]

Karena membaca merupakan jalan mendapatkan ilmu, meskipun bukan jalan satu-satunya, akan tetapi dia merupakan jalan terpenting.

Dalam nash Al-Qur‘an yang lain, Allah berfirman,

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“(dan katakanlah: “Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” [Thaha/20 : 114]

Akan tetapi ilmu ini wajib diiringi dengan amal perbuatan. Ilmu bukan sekedar untuk diketahui, namun dengan ilmu agar bertakwa, beramal shalih, serta menjauhan diri dari perbuatan maksiat dengan landasan takwa kepada Allah Azza wa Jalla . Karenanya dalam firman Allah surat Al-Maidah ayat 91 disebutkan.

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan berjudi itu menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”.

Khamr dan perjudian telah menyebabkan manusia terhalang dari jalan Allah k dan bisa menghilangkan akal (kesadaran), sedangkan akal sangat dibutuhkan manusia untuk memahami perintah dan hukum-hukum syari’ah.

Dalam ayat ini, setelah Allah Azza wa jalla menjelaskan hukum syar’i dan menjelaskan kewajiban, kemudian seolah-olah Allah Azza wa Jalla hendak menggugah perhatian manusia. Allah Azza wa Jalla berfirman, yang artinya: (maka berhentilah kamu [dari mengerjakan pekerjaan itu]). Mengapa kalian tidak berhenti dari hal-hal yang kalian dilarang darinya, berupa kebiasaan orang-orang Jahiliyah, yaitu khamr dan perjudian? Sedangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:.

كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ خَمْرٍ حَرَامٌ

“Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan semua khamr itu haram”.

Meskipun banyak pabrik membuat produk, lalu setan membuat istilah-istilah untuk produk tersebut, namun kita memiliki kaidah yang mencakup semua nama, meskipun nama tersebut baru dan dirubahrubah, tetapi, setiap yang memabukkan adalah khamr, dan semua khamr itu haram.

Dan bahwasanya, untuk menjaga kebaikan akal, maka syari’at mengharamkan semua yang bisa merusaknya, baik yang maknawi (abstrak) seperti perjudian, nyanyian, memandang sesuatu yang diharamkan, maupun yang bersifat fisik seperti khamr, narkoba serta memberikan sanksi kepada yang melakukannya.[3]

4. MENJAGA KETURUNAN (HIFZHUN-NASLI).
Di antara dharûriyyâtul-khams yang dipelihara dan dijaga dalam syari’at, yaitu menjaga keturunan. Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. [Al-Isrâ/17: 32]

Bentuk penjagaan agar manusia menjauhkan manusia dari perbuatan zina, maka syari’at memperbolehkan dan menganjurkan pernikahan poligami, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla menyebutkan.

فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ

“Maka kawinilah wanita wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat”[An-Nisâ/4: 3]

Nabi Shallallahu ‘alaihiwa sallam juga bersabda :

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka hendaklah dia menikah. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia melakukan puasa (sunat). Karena sesungguhnya puasa itu menjadi obat bagi dia”.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ

“Seorang pezina tidak akan melakukan perbuatan zina, sedangkan dia dalam keadaan beriman”.

Dalam sebagian riwayat dijelaskan, iman tercerabut darinya. Jika ia berhenti dari berzina, maka keimanannya kembali kepadanya. Semua nash-nash ini untuk menjaga keturunan.

Pemeliharaan keturunan ini, bisa dilihat dari beberapa hal berikut:
(a). Anjuran untuk melakukan pernikahan.
(b). Persaksian dalam pernikahan.
(c). Kewajiban memelihara dan memberikan nafkah kepada anak, termasuk kewajiban memperhatikan pendidikan anak.
(d). Mengharamkan nikah dengan pezina.
(e). Melarang memutuskan untuk thalaq jika tidak karena terpaksa.
(f). Mengharamkan ikhtilâth. [4]

5. MENJAGA HARTA (HIFZHUL-MALI).
Bagian terakhir dari dharuriyâtul-khams yang dijaga oleh syari’at. Yakni sesuatu yang menjadi penopang hidup, kesejahteraan dan kebahagiaan, yaitu menjaga harta. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:

وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan” [An-Nisâ‘/4 : 5]

Maksudnya, kemapanan keberadaan manusia ialah dengan harta. Oleh karenanya terdapat perintah mengeluarkan zakat, shadaqah. Dan zakat merupakan hak Allah k . Sehingga orang yang berhak menerimanya terjaga dan harta yang mengeluarkannya juga menjadi bersih dan suci.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَعَنَ اللَّهُ السَّارِقَ يَسْرِقُ الْبَيْضَةَ فَتُقْطَعُ يَدُهُ

“Allah Azza wa Jalla melaknat pencuri yang mencuri telur, lalu tangannya dipotong”.

Dalam syari’at Allah yang bijak ini, juga terdapat larangan melakukan perbuatan tabdzir (pemborosan). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya”. [Al-Isrâ : 26-27]

Begitu juga Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang isrâf (berlebih-lebihan), sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya.

وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” [Al-An’am/6 :141]

Di antara cara dalam pemeliharaan harta ialah:
(a). Islam mewajibkan beramal dan berusaha.
(b). Memelihara harta manusia dalam kekuasaan mereka.
(c). Islam menganjurkan bershadaqah, memperbolehkan jual beli dan hutang-piutang.
(d). Islam mengharamkan perbuatan zhalim terhadap harta orang lain dan wajib menggantinya.
(e). Kewajiban menjaga harta dan tidak menyia-nyiakannya.[5]

Demikian beberapa nash dari Al-Qur‘an dan as- Sunnah, yang berkaitan dengan dharûriyyâtul-khams .

Semoga Allah Azza wa Jalla memberikan kemudahan kepada kaum Muslimin lainnya untuk memahaminya, sehingga semakin menambah dan mengokohkan keyakinan terhadap kebenaran din, agama yang haq ini. Wallahu a’lam bish-Shawab

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XI/1428/2007M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Maqâshidusy-Syarî’ah ‘Inda Ibni Taimiyyah, hlm. 448-458
[2]. Maqâshidusy-Syarî’ah ‘Inda Ibni Taimiyyah, hlm. 462-465.
[3]. Maqâshidusy-Syarî’ah ‘Inda Ibni Taimiyyah, hlm. 467-468.
[4]. Maqâshidusy-Syarî’ah ‘Inda Ibni Taimiyyah, hlm. 473-478.
[5]. Maqâshidusy-Syarî’ah ‘Inda Ibni Taimiyyah, hlm. 481-487.

Sumber: https://almanhaj.or.id/3373-dharuriyyatul-khams-lima-kebutuhan-penting-yang-harus-dijaga-oleh-kaum-muslimin.html

Friday, June 23, 2017

Sebersit rasa yang terlambat

Penyesalan itu selalu datang belakangan,
Begitu kata orang-orang tua kita.

Ketika mereka melihat kita menangis tersedu,
Karena menyesali sesuatu yang sudah terjadi.

Itulah sesal.
Sebersit rasa yang datang terlambat.
Yang kedatangannya hanya menggores sembilu di dalam hati.
Karena ia datang terlambat,
Di saat nasi sudah menjadi bubur,
Di saat api sudah menjadi asap,
Di saat cermin telah retak,
Di saat kata sudah terucap,
Dan yang tersisa hanyalah kepingan hati yang pecah.

Namun tidakkah kamu tahu?
Bahwa sesungguhnya kita saat ini hidup dalam dimensi yang rasa sesal itu masih berguna.
Jikalah rasa ini memiliki energi,
Maka kata maaf adalah hasilnya yang pertama.
Dan taubat adalah karyanya yang luar biasa.

Ah seandainya kamu tahu,
Tempat ini, waktu ini, rasa yang terlambat itu, belumlah terlambat.. Belum terlambat yang sebenar-benarnya.
Karena, nanti.
Nanti, saat kita sudah sama-sama melewati dimensi ini,
Nanti, saat segala fragmen kehidupan kita ini dipampang nyata..
Rasa ini, rasa sesal ini dan juga kata maaf... Nanti hanyalah dua hal yang tiada berguna.

Ah siapalah aku ini, segala kalimat yang kau baca diatas, tidak ada artinya bagimu.
Mungkin bahkan rasa yang terlambat ini, tidak ada di dalam hatimu.
Maka apalah gunanya nanti? Saat ia muncul di hari neraca yang seadil-adilnya.
Ya Rabb.. Jangan Kau hinakan aku di hari mereka dibangkitkan...

Surah Maryam, Verse 39:

وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

"Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman."

Surah Ghafir, Verse 52:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ

"(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk."

Mardhiyyah,
Cimanggis
23 Juni 2017/29 Ramadhan 1438H

Tuesday, June 20, 2017

How it feels to be a broken rib

Ketika Rosululloh sallallahu 'alayhi wa sallam menasihati para lelaki untuk berbuat baik kepada wanita.
Dimana kalian?

Lalu ketika nasihatnya diiringi dengan suatu peringatan akan akibat dan bencana jika kalian lalai,
Dimana kalian?

Kemudian ketika akhirnya bencana itu terjadi, persis seperti apa yang dikatakannya berpuluh tahun silam...
Dimana kalian?

Menyesalkah kalian?
Adakah perasaan bersalah dan ingin memperbaikinya?

Ataukah kalian anggap hal itu sesuatu yang biasa-biasa saja..
Lalu kalian berbalik memunggungi nasihat itu?

Mau kemana kalian?

Mengapa kalian perlakukan aku dan teman-temanku seolah kami hanyalah sampah masyarakat yang meresahkan?
Mengapa kalian berbalik arah melanggar  batas lisan dan mengatakan "jika saja" dan "seandainya" sedemikian kejamnya?

Adakah cara untukku bisa menyambungkan kembali antara dua keping tulang rusuk yang telah patah ini?
Begitu kira-kira pertanyaan yang selalu sukses melelehkan setetes-dua tetes bulir saat semuanya kembali dalam fragmen memilukan dari hari ke hari.

Apakah lagi-lagi pertanyaan ini kau pandang dengan cibiran dan komentar... "Ahh, drama!"
Begitukah?

Kalaulah memang hidup ini dan segala luka yg ada hanyalah drama yang berlebihan, mengapa "drama" tulang rusuk yang patah ini disebutkan sedemikian eksplisitnya oleh manusia yang paling mulia yang pernah ada di dunia?

Kalaulah ini semua sekedar melodrama yang berlebihan yang sedemikian hinanya,  mengapakah Allah ilhamkan pada lisan seorang Nabi dan Rosul agar kalian, aku, dan kamu waspada?

Bahkan waktu tidak dapat menyembuhkan kami. Hanya keyakinan akan janji Allah yang menghangatkan hati ini.

Jika memang setelah ini, hanya kehinaan yang bisa kalian tunjukkan pada kami,
Jika memang setelah ini hanya pengasingan di dunia untuk kami,
Jika memang ini adalah cara Allah untuk membuat kami, aku dan semua tulang rusuk yang patah di dunia ini, selalu hanya menghadap dan merayuNya saja, lagi dan lagi dan lagi...

Baiklah. Tidak mengapa.
Ada lebih dari cukup kata, dan nama yang Allah Ar Rahman bisikkan pada telingaku, dalam keadaan ini.

Jika keadaan ini membuatku sedikit saja merasakan dan merindukan dan ingin terus mengulang-ulang apa yang lirih dipinta oleh Istri seorang durjana di masa lalu, Asiyah binti Muzahim, akan kuucapkan dengan tawa dan wajah menatap cakrawala...

Ya Allah, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisiMu, di JannahMu.

Ya Allah, jangan Kau hinakan aku, di hari mereka dibangkitan.

Saturday, June 17, 2017

Hatiku ini merdeka, dari Manusia

Adalah suatu dusta.
Jika kamu,
Mengatakan yang sebaliknya.

Demi Dzat yang hatiku berada di genggamanNya,
Sungguh takut aku pada murkaNya.

Jika kamu merasa,
Maka merasalah tanpa prasangka.

Jika kamu berkata,
Maka berkatalah dengan neraca.

Ingatlah akan hari dimana,
Lidah, hati dan mata,
Sanggup berkata-kata.

Ingatlah bahwa perdebatan antara hati dan mata,
Akan berujung pada hati yang tidak merdeka.

Dan sampai malam ini,
Sekali lagi kusampaikan pada manusia.
Bahwa hatiku ini merdeka.

Merdeka dari manusia,
Namun sukarela berada dalam rengkuhanNya.

Sekalipun ia patah berkeping-keping,
Remuk rusuk, terinjak-injak,
Hatiku ini merdeka dan bukanlah tawanan siapa-siapa,
Apalagi syaithan yang gemar berdusta.

Maka hentikanlah segala dusta,
Segala teka-teki dan fatamorgana,
Dan segala angan-angan yang kau eja.

Jangan kau seret aku ke dalam pusaran kata,
Apalagi analogi yang tak bermakna.

Ketahuilah bahwa,
Antara manusia dan hatinya,
Ada Allah Yang Maha Kuasa.

Mardhiyyah, 1438H.

Thursday, May 25, 2017

Dahaga Tubuh dan Jiwa Kita

Ada kalanya... Tubuh dan jiwa kita ini terasa begitu gersang.

Ada kalanya kita ingin menjadi orang yang slowresponse. Dunia ini terlalu hiruk pikuk. Nyatanya maupun mayanya.

Manusia sesungguhnya memang butuh bulan madu, khusyuk, sunyi, sepi, bersama Rabb nya.

Wednesday, May 24, 2017

How lucky muslims are...

Have you ever thought of how lucky you are being a muslim?
At times like this... I am indeed feeling so lucky.

How can a sane human being have a mixed up belief they should just follow until their death?
We muslims believe Jesus will return, he was never crucified, he is not dead yet, he was raised up alive, and he will return to this earth.
That perfect belief will soothe your heart, calm your head, and answers all your questions.

If only you believe... If only you have faith in this path.

Oh my Lord, I am very grateful to be one amongts the believers and please help me to stay sane in this path, untill I meet You, Lord, one beautiful day, up there 💙💚

Aamiiin..

Monday, May 22, 2017

Rayuan Hati Yang Patah

Sungguh aku tak pernah merayu,
ataupun merajuk mendayu-dayu.
Katakan saja terlalu tinggi hatiku,
terhadap manusia, terlalu anti bagiku,
untuk menjadi seorang perayu.

Sepanjang ingatan benakku, hanya satu waktu aku merayu sedemikian biru.
Hanya satu waktu aku selalu merayu, membiarkan diriku sibuk menjuju.
Yakni di dua paruh terakhir yang syahdu, atau di malam-malam yang mungkin bernilai seribu,
Berkali-kali aku merayu, Tuhanku.

Apapun itu, apapun segala kesulitan, keinginan, hasrat terdalamku, aku hanya merayu Tuhanku!
Bagiku, bersimpuh di kaki siapapun adalah MALU, kecuali di pinggiran sajadah sholatku.

Tidak sekejappun aku merayu ayahku, agar ia menikahkanku dengan lelaki yang aku mau.
Kenalilah, aku bukan seorang anak perempuan yang suka merayu.
Jikalau suratan sejarah hidupku sampai pada seorang yang kau ragu,
Tolong jangan sepatah katapun kau timpakan padaku.
Sebab anggukan kepalaku kala itu,
telah melalui bermalam-malam panjangku merayu Tuhanku, dengan mengharu biru.

Adalah dusta dan tuduhan yang sangat mengganggu,
Jika manusia mengatakan aku merayu,
lalu menyalahkanku,
atas malapetaka hidupku yang lebam membiru.

Tidak pula saat aku memiliki seorang kekasih yang halal disampingku, kepadanya aku pun belum pernah merayu.
Kisah kami terlalu cepat berlalu,
Hingga sampai di detik aku mencoba merayu,
Ia telah mematahkan rusukku tanpa malu-malu. 

Akupun kembali tersungkur bersimpuh, merayu, Tuhanku.
Siang hari aku merayu Tuhanku,
Dengan rayuan patah hati yang menyayat darah dagingku.
Malam hari aku merayu Tuhanku,
Dengan rayuan harapan yang meneguhkan hatiku.

Sungguh, aku tidak pernah kecewa dalam merayu Tuhanku.
Dan sungguh aku tidak sedang merayu ciptaanMu, wahai Tuhanku.

Sebab Engkau Maha Pencemburu.

Mardliyyah.
Cimanggis, 22 Mei 2017

Wednesday, May 17, 2017

Are you a sinspiration? >_<

Are you not afraid if you're suddenly helping your friend to transgress? We should be worry. We should be very very worry. We should be very cautious if there is just a slip of our tongue that's becoming a path, for someone else to make them easy to sin!
.
.

It's like... You're inspiring someone else to sinning instead of inspiring them to run to Allah. Wa na'udzubillahi mindzalik.
If we're still struggling, like yes we are indeed, at least don't invite others to our own struggle, yet focus on our own struggle to win the battle, please! .
.

I'm seriously thinking this out loud because I'm worrying this kind of problem from this Ummah... And it's not a light matter, and by stating it here, I know HE WILL test me!!
.
.

This is something to ponder, and this is not a judgment to anyone, rather this is a problem from this Ummah... Let's help each other towards Jannah, my friends. Please help me.. And please SLAP me if you find anything, any clue of me helping you to do sin.
May Allah forgive us all.. And help us to be amongts the taaibats.. Aamiin.

Friday, February 10, 2017

Talbis dan Jerat Hati

Godaan bagi seorang muslim bisa berbagai macam bentuknya. Syaithon yg adalah anak keturunan dari Iblis laknatulloh telah berjanji setia sebagaimana kakek moyangnya untuk tidak berputus asa dalam menggoda manusia. Semua jenis manusia. Setiap level kesholehan selalu ada jerat syaithon yang mengancamnya.

Godaan bagi seorang yang ingin bertaubat adalah was-was, bisikan dari syaithon betapa besarnya dosa yang ingin kau taubati itu, dikipasinya perasaan kita, sedih yang tiada tara, devastated, hopeless, helpless, lalu... unforgiven. Sehingga putus asalah engkau, dari rahmat Sang Maha Penerima Taubat. Sehingga kemenangan bagi syaithon untuk membatalkan niat seorang hamba dari sesuatu yang begitu mulia dan dicintai Tuhannya, yaitu taubatan nasuuha. Fa na'udzubillahi mindzalik.

Godaan bagi seorang yang dimintai nasihat oleh saudaranya, adalah bangga diri dan prasangka. Begitu saudaramu selesai mendengarkanmu yang memberikan beribu untaian hikmah dari ilmuNya, baik itu perkataan RosulNya ataupun ayat-ayat Al-Qur'an yang mulia, datanglah ia, sang penggoda! Bersiaplah, dan ketahuilah bahwa lintasan fikiranmu adalah target empuk dari sang penggoda. Dikipasinya perasaan puasmu dengan bisikan betapa hebatnya engkau yang tak pernah terjatuh ke dalam kesalahan itu, yang diperbuat saudaramu, yang baru saja kau nasehati ia untuk meninggalkan dosa itu. Atau barangkali kau pernah mengalaminya, lalu kau bertaubat dan berhasil meninggalkan dosa itu? Lalu kini kau merasa hebat karena kau tidak lagi mengerjakannya dan bahkan baru saja menasehati saudaramu untuk meninggalkannya? Ketahuilah bahwa syaithon tengah mengguncang kemurnian taubatmu dengan perasaan bangga diri, sombong dan riya.
Apakah kau fikir cukup sampai disitu godaan dari sang penggoda yang hina dina itu? Oh tidak! Kali ini dikipasinya matamu dan hatimu dg prasangka berlebihan terhadap saudaramu. Segala perkataan saudaramu kau jadikan hujjah penilaian dg matamu yang tidak lebih awas dari Allah Yang Maha Melihat, dan merasa lebih tahu dari Dia Yang Maha Mengetahui. Sehingga berubahlah penilaian dan mungkin juga sikapmu terhadap saudaramu tadi, kau remehkan ia, kau pandang dia hina karena dosanya (yang saat itu juga mungkin sudah langsung ditinggalkannya), dan mungkin saja sebenarnya kedatangannya kepadamu adalah ujian bagi keikhlasan hatimu, ujian bagi ke-tawadhu'an amalanmu, ujian bagi kejujuranmu terhadap ilmu. Sungguh Allah Maha Berkehendak, sungguh Allah Yang Maha Memberi Petunjuk.

Godaan bagi mereka para penyeru kebaikan, berbeda dengan godaan bagi pendosa. Namun berhati-hatilah wahai hati. Sebab para penggoda sedang mengintaimu di sudut-sudut hati yang terkunci.
Apakah terlintas di fikiranmu bahwa engkau adalah penyebab kesholihan orang lain? Ketahuilah bahwa lintasan itu berasal dari si penggoda yang berdusta. Sebab hidayah dan petunjuk hanyalah hak Allah Yang Maha Kuasa.
Maka berhati-hatilah sekali lagi, sebab godaan yang seperti itu adalah tangga menuju kekurangajaran terhadap Allah Yang Maha Tinggi.
Apakah kali ini muncul lintasan pemikiran di benakmu bahwa engkau adalah lebih tinggi dan lebih mulia daripada mereka yang engkau seru? Ketahuilah bahwa inilah lintasan pada anak tangga kedua yang berasal dari penggoda yang sejatinya memang pendusta!
Maka berhati-hatilah lebih kuat lagi, sebab godaan itu jika kau termakan jeratnya semakin menjauhkanmu dari SyurgaNya.
Apakah segala baris kata-kata ini tak bermakna menurutmu? Sebab kau fikir tak sekejappun kau akan terjatuh ke dalam jaring jerat syaithon dikarenakan segala amal sholeh mu, segala usaha hebatmu menghindar, segala titel dan pujian manusia yang memandangmu sebagai seorang penyeru kebaikan? Apakah kau lupa bahwa sombong adalah pakaian Allah Azza Wa Jalla semata?
Na'udzubillahi mindzalik, tsumma na'udzubillahi mindzalik. Begitulah jeratan syaithon, anak keturunan Iblis Laknatulloh, yang karena dosa ini, Allah Yang Maha Menyiksa mengeluarkannya dari Surga yang penuh kenikmatan.

Laahaulaa wa laa quwwata illa billah.

Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ


Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi no. 2505)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wa salllam :

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim, no. 2749, dari ‘Abdullah bin Mas’ûd] 


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

لَوْ لَمْ تَكُوْنُوْا تُذْنِبُونَ لَخِفْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبُ الْعُجْبُ

“Jika kamu tidak berbuat dosa, sungguh aku mengkhawatirkan kamu pada perkara yang lebih besar dari itu, yaitu ‘ujub, ‘ujub (kagum terhadap diri sendiri)” [Hadist Hasan Lighairihi, sebagaimana di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 658, karya syaikh Al-Albani]


Wednesday, February 08, 2017

Jalan yang berduri

Allah Azza wa Jalla punya cara yang sangat unik dan spesifik dalam menegur kita. Pernah suatu ketika seorang Muslim Scholar berkata:

"If you keep reminding your hearts about Allah, then one day there will come a time when your heart will remind you about Allah! "

Tidak ada yang lebih menguntungkan seorang muslim daripada kesadaran setelah datangnya nasihat. Tidak ada yang lebih membinasakan seorang muslim daripada sikap abai dan berpaling dari nasihat untuk bertaqwa kepada Allah.

Ketika musuh yang nyata memiliki 1001 jerat dalam menggelincirkan manusia, semestinyalah manusia memiliki lebih dari 1001 lapis penjagaan pada benteng imannya.

Kemudian seorang Muslim Scholar yang lain pernah menasihati dengan istilah:

The fine line.

Dimana istilah ini dapat bermakna ganda, yaitu garis yang baik atau garis yang sangat tipis yang hampir-hampir putus sehingga menjadi tidak baik.

Sejatinya setiap manusia memiliki tolak ukur di dalam hatinya, apakah dirinya sudah melanggar garis tersebut ataukah dia tau dia hampir memutusnya?

Bagaikan berjalan di atas jalanan yang berduri, mungkinkah kita tidak hati-hati? Atau sebaiknya kita berusaha keluar dari jalanan berduri itu ketika kita tahu ada jalan keluarnya, ataukah kita senang berputar-putar di atasnya dengan kesadaran duri-duri itu akan dapat melukai kaki kita cepat atau lambat...

Sunday, February 05, 2017

What will be better than the promise of God?

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُمْ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللهِ وَالمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ العَفَافَ

“Ada tiga orang yang Allah wajibkan atas diri-Nya untuk menolong mereka, 1) Orang yang berjihad di jalan Allah, 2) Budak yang memiliki perjanjian yang berniat memenuhi perjanjiannya, dan 3) orang yang menikah dengan niat menjaga kesucian diri.”

[HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Shahihul Jami’: 3050]

Wednesday, February 01, 2017

Mencintai karena Allah, sebatas fitrah

Mencintai sewajarnya, menyukai seperlunya, mengagumi sebatas ilmuNya, menghormati sebatas fitrah manusia, mengikuti dalam batas-batasNya.

Tidak ada manusia di dunia ini yang masih hidup maupun yang sudah berkalang tanah, yang perlu kita junjung dan bela melebihi penghambaan kita pada Allah ta'ala.

Para Nabi dan Rosul Allah adalah manusia-manusia pilihan yang mulia dan terjaga, dan kita ketahui nama-namanya dan kisah mereka.

Muhammad Rosululloh adalah satu-satunya manusia sampai hari ini yang kita berkewajiban meneladaninya dengan segala kebiasaan dan sunnahnya, dalam segala aspek kehidupannya.

Setelah mereka, adalah para wali Allah yang nama-namanya bukanlah termasuk ke dalam pengetahuan kita, sehingga tiada nama seorangpun yang pasti bisa kita wali-kan di masa ini seolah-olah Allah sucikan dari dosa.

Para Ulama adalah manusia-manusia pewaris Nabi Allah yang perlu banyak kita serap ilmunya dg niatan karena Allah saja dan penuh kehati-hatian dalam peneladanan terhadap mereka. Mengambil ilmu dari para Ulama, berarti adalah mencari berkah Allah di dalamnya.

Orang-orang sholeh, orang-orang berharta yang banyak amalnya, boleh jadi adalah manusia-manusia beruntung yang jika kita banyak bergaul bersama mereka maka kita akan dapatkan banyak manfaatnya selayaknya penjual minyak wangi yang Rosululloh umpamakan dalam hadist beliau.
Namun mereka tetaplah manusia sewajarnya. Bukan Nabi, bukan termasuk para Sahabat Nabi, bukan Khalifah, belum syuhada, belum tentu waliyulloh.

Bergaulah dengan para ulama dan orang-orang sholih, dengan adab yang baik. Banyak-banyaklah mengambil nasihat mereka, cintailah mereka sewajarnya saja, sebab sejatinya semua manusia punya dosa, perbedaannya hanyalah apakah pada akhirnya Allah ampuni dosa-dosa kita atau Allah hukum kita karena dosa tersebut? Faghfirlanaa ya Robbanaa.

Oleh karena itu, hingga detik ini belum ada lagi manusia hidup di dunia ini yang namanya sdh kita ketahui, yang dijamin Allah akhir kehidupannya. Setidaknya sampai masa itu, dimana akan ada lagi dua nama yang wajib kita patuhi sepanjang nafas kita, setelah wafatnya sosok Muhammad sallallahu 'alayhi wa sallam.

Karenanya, mencinta lah sewajarnya. Tidak ada dalam dien ini konsep "idola", sebab sebenarnya "idola" adalah "berhala", dan "berhala" adalah kesyirikan terhadap Allah SubhanaHu wa ta'ala. Jangan katakan Nabi adalah idolamu, jangan pula kau idolakan Syaikh, Ustadz dan Kiayi yang kau timba ilmu dari mereka.
Jika kau mencintai mereka, pastikan kecintaanmu adalah hanya karena Allah semata, jangan kau pandang sosoknya bagaikan malaikat yang tak berdosa, apalagi kau anggap sempurna.
Jika kau mencintai mereka, jangan kau hancurkan dengan puji-pujian tak berguna, sebab Rosululloh ingatkan kita bahwa pujian adalah kebinasaan manusia.
Jika kau mencintai mereka, jangan kau tutup matamu dan berlalu saat kau dapati ia melakukan salah di hadapan manusia, ingatkan ia dengan cara terbaik yang bisa kau tempuh. Sebab mengingatkannya adalah menolongnya dari berbuat dzolim dan aniaya.
Jika kau mencintai mereka, jangan kau katakan ia lebih baik dari manusia manapun, lebih suci di matamu daripada yang sewajarnya sampai-sampai kau rendahkan yang lain yang tidak sepaham dg mereka.
Jika kau mencintai mereka, doakanlah mereka segala kebaikan yang jika Allah kabulkan doamu hanya akan mendatangkan manfaat di sini atau disana.
Jika kau mencintai mereka, dan suatu hari tanpa sengaja kau temukan rahasia, aib, kekurangan, dosa, atau cela mereka, maka sadarilah bahwa mereka hanyalah manusia biasa, jangan kau kecewa, sedih, apalagi patah hati karena Allah taqdirkan kau mengetahuinya, padahal Allah tidak menjadikan suatu peristiwa apapun tanpa maksud dan hikmah, doakan kembali dan jangan kau berpaling dari kebenaran yang mereka sampaikan apalagi berbalik membenci mereka hanya karena suatu kesalahan yang kecil di mata Allah ta'ala.
Jika kau mencintai mereka dan kau mengenal keluarga mereka, perlakukanlah sebagaimana kau ingin mereka memperlakukanmu. Sebab itulah rumus dari manusia paling mulia.
Jika kau mencintai mereka namun suatu hari (naudzubillah) kau lihat ujian iman menimpa mereka, maka jangan kau gadaikan cintamu pada Allah dan RosulNya demi menjaga cintamu pada manusia yang adalah hamba.

Berbahagialah bahwa Ad Dienul Islam telah menyelamatkan kita dari penghambaan kepada sesama manusia dan menyatukan kita dibawah penghambaan kepada Allah Azza wa Jalla.

Sesungguhnya kita sama-sama manusia, yang belum dijamin Allah Syurga atau Nerakanya (wa na'udzubillah...)

Sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersada: “Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.” (HR muslim 4773)

Sunday, January 29, 2017

What if I told you

"What If I Told You"

I see you sitting there in the waiting room with your infant. It's obvious you love him with a ferocity that cannot be explained even by earth's greatest philosophers. You are experiencing something science cannot begin to fathom. It is called motherly love, and although I'm a father, even I can't quite fully grasp the bond that you already have with your newborn.
   He's about two months old, isn't he? This is your first well visit, right? Do you have any idea what you're in for today?
  I mean, look at how beautiful that baby boy of yours is. He's perfect; I can tell by the look in your eyes. The way he's cooing at you tells me that all he knows right now is your love; that's all he needs.
   You are his provider. His guardian. His companion. His everything. The hordes of Sheol could not even stand against your son and hope to win. You would simply prevail. You are his mother, and he is your son; a thousand plagues on anyone who would try to harm him.
  
But what if I told you that today, in less than an hour, something could harm him? That something has the potential to severely harm him, and change him forever?

What if I told you that in less than an hour, you will likely be consoling that sweet, innocent boy of yours as he screams out in agony from a normal, routine procedure?

What if I told you he will be receiving six different injections full of aluminum, chemicals, foreign DNA, and carcinogens.. All to prevent things like Hepatitis B(if you or immediate family members do not have it, his odds of getting are extremely low), Rotavirus(a nasty diarrhea virus that has an extremely low complication rate), Diphtheria(long gone for decades), Tetanus(not a risk unless he'll be playing in animal feces), Pertussis(dangerous but very uncommon in breastfed newborns),  Meningitis(again extremely rare in newborns), Pneumonia(not a threat to healthy babies), and Polio(eradicated from this country).

What if I told you that even if there are fewer injections from your pediatrician than six, it's because they are administering combination vaccines, which have NEVER been tested for long term safety?

What if I told you that despite a very low risk of your child contracting these diseases in his first year(or ever, really), your pediatrician has been convinced that injecting this many vaccines into a tiny little two month old, whose immune system can't even produce its own antibodies(you're still providing those for him), is a good idea?

What if I told you that your perfect baby boy could experience seizures, convulsions, high fever, breathing problems, and inconsolable screaming?

What if I told you the current CDC vaccine schedule has NEVER been tested for long term safety?
I get it, you've been duped into thinking you're doing what's best for your baby, but let's be honest; did you have any idea that your son was about to receive that many vaccines at 10 pounds?

What if I told you that you will do this two more times in the next four months; increasing the risk of an adverse reaction each time? What if I told you that the most common age for SIDS is between 2-6 months?

What if I told you that many of the presuppositions you have about vaccines and their benefits have roots in the pharmaceutical industry? What if I told you that they make tax-free billions from people like you believing the propaganda? What if I told you they spend billions on their cognitive marketing?

What if I told you that your pediatrician can't answer tough questions about vaccines or diseases? That they are literally programmed to believe that the risks are unimportant; that they're extremely rare? What if I told you they are not extremely rare; that speaking from experience, they are quite common?

What if I told you that over 3 billion dollars has been "awarded" to families who have experienced severe vaccine injuries including death, chronic seizures, autism, and anaphylactic shock? What if I told you that only a small percentage of vaccine injured children are compensated for their injuries?

What if I told you that there are well over 500,000 vaccine injury reports on the government's injury reporting system, many of them severe and/or life-threatening? What if I told you that even the government has acknowledged that only 1-10% of vaccine injuries are ever reported?

What if I told you that vaccines are responsible for more deaths and severe complications than many of the diseases they're intended to prevent?

What if I told you that there is no guarantee that your baby will even respond to these vaccines; that he will likely not have any protection toward these diseases at two months, four months, or six months, aside from what you're already providing?

What if I told you that your son is about to receive, in one sitting, 25 times the amount of recommended aluminum(a neurotoxin) for an adult human? That even though you've been told it's no big deal, because your breastmilk contains aluminum too, that this process of injection bypasses his natural digestion system and  can potentially wreak havoc in his body? What if I told you that while teething, these toxins and chemicals can find their way to his brain via the blood brain barrier?

What if I told you that the autism rate is now one in 50? I know, I know, you've been convinced there's no connection to vaccines. But what if I told you there is? That our own government lied, suppressed data, and destroyed evidence of this on AT LEAST two occasions? What if I showed you proof of this?
What if I showed you how vaccines containing aborted fetal cells directly reflect autism case spikes according to empirical data?

What if I told you... You don't have to do this?

What if I told you, you have the resources available to study this topic and form an educated opinion, right on your cell phone?

What if I told you that you can ask your pediatrician tough questions and stump them easily?

What if I told you that you can say no to infant vaccines? That it is essential to educate before you vaccinate?

What if I told you that your voice is powerful, and your decision is the most important thing that your baby will ever experience at such a young age?

What if I told you he is counting on you?
We already know you are his everything.

It's time to choose which color pill you want.

#onevoiceatatime