Godaan bagi seorang muslim bisa berbagai macam bentuknya. Syaithon yg adalah anak keturunan dari Iblis laknatulloh telah berjanji setia sebagaimana kakek moyangnya untuk tidak berputus asa dalam menggoda manusia. Semua jenis manusia. Setiap level kesholehan selalu ada jerat syaithon yang mengancamnya.
Godaan bagi seorang yang ingin bertaubat adalah was-was, bisikan dari syaithon betapa besarnya dosa yang ingin kau taubati itu, dikipasinya perasaan kita, sedih yang tiada tara, devastated, hopeless, helpless, lalu... unforgiven. Sehingga putus asalah engkau, dari rahmat Sang Maha Penerima Taubat. Sehingga kemenangan bagi syaithon untuk membatalkan niat seorang hamba dari sesuatu yang begitu mulia dan dicintai Tuhannya, yaitu taubatan nasuuha. Fa na'udzubillahi mindzalik.
Godaan bagi seorang yang dimintai nasihat oleh saudaranya, adalah bangga diri dan prasangka. Begitu saudaramu selesai mendengarkanmu yang memberikan beribu untaian hikmah dari ilmuNya, baik itu perkataan RosulNya ataupun ayat-ayat Al-Qur'an yang mulia, datanglah ia, sang penggoda! Bersiaplah, dan ketahuilah bahwa lintasan fikiranmu adalah target empuk dari sang penggoda. Dikipasinya perasaan puasmu dengan bisikan betapa hebatnya engkau yang tak pernah terjatuh ke dalam kesalahan itu, yang diperbuat saudaramu, yang baru saja kau nasehati ia untuk meninggalkan dosa itu. Atau barangkali kau pernah mengalaminya, lalu kau bertaubat dan berhasil meninggalkan dosa itu? Lalu kini kau merasa hebat karena kau tidak lagi mengerjakannya dan bahkan baru saja menasehati saudaramu untuk meninggalkannya? Ketahuilah bahwa syaithon tengah mengguncang kemurnian taubatmu dengan perasaan bangga diri, sombong dan riya.
Apakah kau fikir cukup sampai disitu godaan dari sang penggoda yang hina dina itu? Oh tidak! Kali ini dikipasinya matamu dan hatimu dg prasangka berlebihan terhadap saudaramu. Segala perkataan saudaramu kau jadikan hujjah penilaian dg matamu yang tidak lebih awas dari Allah Yang Maha Melihat, dan merasa lebih tahu dari Dia Yang Maha Mengetahui. Sehingga berubahlah penilaian dan mungkin juga sikapmu terhadap saudaramu tadi, kau remehkan ia, kau pandang dia hina karena dosanya (yang saat itu juga mungkin sudah langsung ditinggalkannya), dan mungkin saja sebenarnya kedatangannya kepadamu adalah ujian bagi keikhlasan hatimu, ujian bagi ke-tawadhu'an amalanmu, ujian bagi kejujuranmu terhadap ilmu. Sungguh Allah Maha Berkehendak, sungguh Allah Yang Maha Memberi Petunjuk.
Godaan bagi mereka para penyeru kebaikan, berbeda dengan godaan bagi pendosa. Namun berhati-hatilah wahai hati. Sebab para penggoda sedang mengintaimu di sudut-sudut hati yang terkunci.
Apakah terlintas di fikiranmu bahwa engkau adalah penyebab kesholihan orang lain? Ketahuilah bahwa lintasan itu berasal dari si penggoda yang berdusta. Sebab hidayah dan petunjuk hanyalah hak Allah Yang Maha Kuasa.
Maka berhati-hatilah sekali lagi, sebab godaan yang seperti itu adalah tangga menuju kekurangajaran terhadap Allah Yang Maha Tinggi.
Apakah kali ini muncul lintasan pemikiran di benakmu bahwa engkau adalah lebih tinggi dan lebih mulia daripada mereka yang engkau seru? Ketahuilah bahwa inilah lintasan pada anak tangga kedua yang berasal dari penggoda yang sejatinya memang pendusta!
Maka berhati-hatilah lebih kuat lagi, sebab godaan itu jika kau termakan jeratnya semakin menjauhkanmu dari SyurgaNya.
Apakah segala baris kata-kata ini tak bermakna menurutmu? Sebab kau fikir tak sekejappun kau akan terjatuh ke dalam jaring jerat syaithon dikarenakan segala amal sholeh mu, segala usaha hebatmu menghindar, segala titel dan pujian manusia yang memandangmu sebagai seorang penyeru kebaikan? Apakah kau lupa bahwa sombong adalah pakaian Allah Azza Wa Jalla semata?
Na'udzubillahi mindzalik, tsumma na'udzubillahi mindzalik. Begitulah jeratan syaithon, anak keturunan Iblis Laknatulloh, yang karena dosa ini, Allah Yang Maha Menyiksa mengeluarkannya dari Surga yang penuh kenikmatan.
Laahaulaa wa laa quwwata illa billah.
Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ
“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi no. 2505)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wa salllam :
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim, no. 2749, dari ‘Abdullah bin Mas’ûd]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
لَوْ لَمْ تَكُوْنُوْا تُذْنِبُونَ لَخِفْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبُ الْعُجْبُ
“Jika kamu tidak berbuat dosa, sungguh aku mengkhawatirkan kamu pada perkara yang lebih besar dari itu, yaitu ‘ujub, ‘ujub (kagum terhadap diri sendiri)” [Hadist Hasan Lighairihi, sebagaimana di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 658, karya syaikh Al-Albani]